Saturday, February 1, 2014

Inferno Bab 33 (terjemahan Indonesia)



BAB 33

JAUH DI DALAM lambung kapal The Mendacium, fasilitator Knowlton duduk sendiri dalam ruangannya dan mencoba berusaha fokus dalam pekerjaannya. Penuh dengan kegelisahan, dia kembali mengamati video dan, untuk beberapa jam, menganalisis soliloquy sembilan menit yang mengambang antara jenius dan kegilaan.
Knowlton mempercepat dari awal, mencari adanya petunjuk yang mungkin dia lewatkan. Dia melewati plakat yang tertanam … melewati kantong cairan keruh hijau kecoklatan yang tergantung … dan menemukan saat ketika bayangan berhidung paruh muncul – siluet cacat tercetak pada dinding gua yang menetes … diterangi oleh pijar merah lembut.
Knowlton mendengarkan pada suara yang teredam, berusaha menerjemahkan bahasa yang rumit. Setelah melalui sekitar setengah dari pidato, bayangan di dinding mendadak mendekat semakin besar dan bunyi suaranya menguat.

Neraka Dante bukanlah fiksi … itu ramalan!
Kesengsaraan terhina. Kedukaan tersiksa. Inilah pemandangan hari esok.
Umat manusia, jika tak ditandai, berfungsi seperti sebuah wabah, sebuah kanker … jumlah kita menguat dengan tiap generasi berurutan hingga kenyamanan membumi yang pernah memelihara ketakwaan dan persaudaraan kita telah menyusut habis … mengungkapkan monster di dalam kita … berjuang hingga mati untuk memberi makan anak-anak kita.
Inilah neraka bercincin sembilan Dante.
Inilah yang menanti.
Ketika masa depan melemparkan dirinya sendiri kepada kita, berbahan bakar matematika Malthus yang tak mau mundur, kita terhuyung-huyung di atas cincin neraka yang pertama … mempersiapkan pemerosotan yang lebih cepat daripada yang pernah kita duga.

Knowlton menghentikan video. Matematika Malthus? Pencarian Internet cepat membawanya menuju informasi tentang matematikawan dan ahli demografis abad kesembilan belas dari Inggris yang terkenal bernama Thomas Robert Malthus, yang terkenal memprediksikan kebobrokan global dikarenakan overpopulasi.
Biografi Malthus, cukup memperingatkan Knowlton, mencantumkan sebuah kutipan yang mengerikan dari bukunya An Essay on the Principle of Population:

Kekuatan populasi begitu superior di bumi untuk menghasilkan nafkah bagi seseorang, kematian prematur itu dalam beberapa bentuk atau lainnya mengunjungi ras manusia. Umat manusia dengan kelakuan buruk aktif dan mampu mengepalai depopulasi. Mereka adalah perintis dalam pasukan besar kehancuran; dan sering menyelesaikan pekerjaan dahsyat sendirian. Tapi semestinya mereka gagal dalam perang penumpasan, musim berpenyakit, epidemik, pes, dan wabah ini, di depan deretan yang bagus sekali, serta menyapu bersih ribuan dan puluhan ribu dari mereka. Kesuksesan masih belum lengkap, kelaparan dahsyat yang tak terelakkan membuntuti di belakang, dan dengan satu tingkat hembusan yang kuat populasi dengan makanan dunia. (sorry kalau agak susah dipahami, bahasanya terrific banget, sementara skill pas-pasan –red.)
Dengan jantung berdebar, Knowlton melirik kembali gambar bayangan berhidung paruh.
Umat manusia, jika tak ditandai, berfungsi seperti kanker.
Tak ditandai. Knowlton tidak suka mendengarnya.
Dengan jari yang bimbang, dia memulai video itu kembali.
Suara yang teredam melanjutkan.

Tak ada yang bisa dilakukan untuk menyambut neraka Dante … terbatasi dan kelaparan, berkubang dalam Dosa.
Dan begitu beraninya aku mengambil langkah.
Beberapa akan berbalik dalam kengerian, tapi semua penyelematan ada harganya.
Suatu hari dunia akan menggenggam keindahan pengorbananku.
Untuk aku Penyelamat kalian.
Akulah Shade.
Akulah gerbang menuju Posthuman age.

Inferno Bab 32 (terjemahan Indonesia)



BAB 32

IL CORRIDOIO VASARIANO – Koridor Vasari – didesain oleh Giorgio Vasari pada 1564 dibawah perintah aturan Medici, Grand Duke Cosimo I, untuk menyediakan jalur aman dari residensinya di Pitti Palace ke kantor administratifnya, melintasi Sungai Arno di Palazzo Vecchio.
Sama dengan Pasetto Kota Vatikan yang terkenal, Koridor Vasari merupakan jalur yang murni rahasia. Itu membentang hampir satu kilometer penuh dari sudut sebelah timur Boboli Garden ke jantung istana tua itu sendiri, melintasi Ponte Vecchio dan mengular melalui Uffizi Gallery di antaranya.
Sekarang, Koridor Vasari masih disajikan sebagai sebuah perlindungan yang aman, meskipun bukan untuk para aristokrat Medici tapi untuk karya seni; dengan bentangan area dindingnya yang tampak tak berujung, koridor tersebut merupakan rumah bagi lukisan-lukisan langka yang tak terhitung jumlahnya – melimpah dari Uffizi Gallery yang terkenal di dunia, yang dilalui oleh koridor tersebut.
Langdon telah menjelajahi jalur itu beberapa tahun sebelumnya sebagai bagian tur pribadi dalam waktu senggangnya. Pada siang itu, dia berhenti sejenak untuk mengagumi deretan lukisan yang membingungkan pikiran di koridor – termasuk koleksi potret diri yang paling ekstensif di dunia. Dia juga berhenti beberapa kali untuk melihat pintu pandang koridor tersebut, yang mengijinkan para pelancong untuk mengukur perkembangan mereka sepanjang jalan yang mendaki.
Meskipun begitu, pagi ini, Langdon dan Sienna bergerak melalui koridor dengan berlari, berkeinginan untuk membuat jarak sejauh mungkin antara diri mereka dengan pengejarnya di ujung yang lain. Langdon bertanya-tanya butuh waktu berapa lama untuk menemukan penjaga yang terikat. Saat lorong melebar di hadapan mereka, Langdon merasa setiap langkahnya membawa mereka lebih dekat dengan apa yang mereka cari.
Cerca trova … mata kematian … dan sebuah jawaban mengenai siapa yang mengejarku.
Dengungan drone pengintai sekarang jauh di belakang mereka. Semakin jauh mereka maju ke dalam lorong, semakin Langdon teringat betapa ambisiusnya pencapaian sebuah arsitektural jalan ini. Terangkat di atas kota untuk hampir panjang keseluruhannya, Koridor Vasari seperti seekor ular yang lebar, meliuk melalui bangunan, sepanjang jalan dari Pitti Palace, melintasi Sungai Arno, menuju jantung kota Florence Tua. Jalanan berkapur sempit tampak meregang demi keabadian, sesekali berbelok sedikit ke kiri atau ke kanan untuk menghindari rintangan, tapi selalu bergerak ke timur … melintasi Sungai Arno.
Suara mendadak menggema di depan mereka di koridor, dan Sienna berhenti. Langdon juga berhenti, dan dengan segera menempatkan tangan yang menenangkan pada bahu Sienna, bergerak ke sebuah pintu pandang yang terdekat.
Para turis berada di bawah.
Langdon dan Sienna bergerak ke pintu dan menatap ke luar, melihat bahwa saat ini mereka bertengger di atas Ponte Vecchio – jembatan batu abad pertengahan yang disediakan sebagai jalan bagi pejalan kaki menuju kota tua. Di bawah mereka, para pelancong pertama pada hari itu menikmati pasar yang berlangsung sejak tahun 1400an. Saat ini para pedagang kaki lima hampir sebagian besar adalah penjual emas dan permata, tapi tidak selamanya seperti itu. Sesungguhnya, jembatan itu adalah rumah bagi pasar daging yang luas, tapi para pedagang daging dilarang berjualan pada 1593 setelah bau busuk dari daging yang membusuk berhembus ke Koridor Vasari dan menyerang rongga hidung Grand Duke yang sensitif.
Di bawah sana di suatu tempat, ingat Langdon, merupakan titik di mana seorang kriminal paling berbahaya di Florence berikrar. Pada 1216, peraih nobel muda bernama Boundelmonte telah menolak pernikahan yang direncanakan keluarganya demi kebahagiaan cinta sejatinya, dan untuk keputusan itu dengan brutal dia membunuh di jembatan ini.
Kematiannya, lama dikenal “pembunuhan paling berdarah Florence”, dinamakan seperti itu karena telah memicu retaknya dua fraksi politik paling kuat – Guelphs dan Ghibellines – yang kemudian berperang satu sama lain dengan bengis selama berabad-abad. Karena perselisihan politik yang tejadi telah membawa Dante terusir dari Florence, penyair yang dengan pahit mengabadikan kejadian itu dalam Divine Comedy-nya : O Boundelmonte, melalui nasihat yang lain, kau melarikan sumpah pernikahanmu, dan membawa kejahatan!
Hingga saat ini, tiga plakat yang terpisah – masing-masing mengutip baris yang berbeda dari Canto 16 Paradiso Dante – dapat ditemukan di dekat situs pembunuhan. Salah satunya terletak di mulut Ponte Vecchio dan dinyatakan dengan berbahaya:

TAPI FLORENCE, DALAM KEDAMAIAN TERAKHIRNYA, DITAKDIRKAN UNTUK MENYAJIKAN PADA PENJAGA BATU TERMUTILASI ITU DI JEMBATANNYA … SEORANG KORBAN.

Langdon sekarang mengalihkan pandangannya dari jembatan ke air suram yang terbentang. Terputus di timur, ujung menara tunggal dari Palazzo Vecchio memanggil.
Meskipun dia dan Sienna hanya setengah jalan melalui Sungai Arno, Langdon tidak memiliki keraguan bahwa  mereka sudah jauh semenjak melewati titik tak ada jalan kembali.


Tiga puluh kaki di bawah, pada cobblestone Ponte Vecchio, Vayentha dengan cemas memindai kerumunan yang datang, tidak pernah membayangkan bahwa satu-satunya tebusannya, sesaat sebelumnya, melintas tepat di atas kepala.

Inferno Bab 31 (terjemahan Indonesia)



BAB 31

DR. ELIZABETH SINSKEY MERASAKAN gelombang mual dan pening datang lebih cepat sekarang. Dia merosot di kursi belakang van yang diparkir di depan Pitti Palace. Tentara yang duduk di sebelahnya mengamatinya dengan semakin cemas.
Sesaat yang lalu, radio tentara itu berbunyi – sesuatu tentang galeri kostum – membangkitkan Elizabeth dari kegelapan pikirannya, dimana dia sedang memimpikan monster bermata hijau.
Dia kembali di ruangan gelap Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, mendengarkan karangan maniak dari orang asing misterius yang mengundangnya ke sana. Lelaki berbayang mondar mandir di bagian depan ruangan – siluet semampai melawan gambar kerumunan orang telanjang dan sekarat yang terproyeksikan dengan mengerikan yang terinspirasi oleh Inferno Dante.
“Seseorang perlu melawan perang ini,” sosok itu menyimpulkan, “atau inilah  masa depan kita. Matematika memberikan garansinya. Umat manusia sekarang terkatung-katung dalam penyucian atas penundaan dan keragu-raguan serta ketamakan pribadi … tapi cincin neraka menanti, tepat di bawah kaki kita, menunggu  untuk memakan kita semua.”
Elizabeth masih menyebut dari ide yang sangat besar lelaki ini yang baru saja terpapar di hadapannya. Dia tidak dapat menahannya lebih lama dan melompat dengan kakinya. “Apa yang kamu sarankan adalah –”
“Satu-satunya opsi kita yang masih tersisa,” sela lelaki itu.
“Sebenarnya,” jawabnya, “Aku akan mengatakan ‘kriminal’!”
Lelaki itu mengangkat bahu. “Jalan menuju surga melewati langsung melalui neraka. Dante mengajari kita itu.”
“Kamu gila!”
“Gila?” ulang lelaki itu, terdengar menyakitkan. “Aku? Aku rasa tidak. Kegilaan adalah WHO menatap kedalam jurang dan menyangkalnya. Kegilaan adalah burung unta yang membenamkan kepalanya ke dalam pasir sementara segerombolan hyena mendekat di sekelilingnya.”
Sebelum Elizabeth dapat mempertahankan organisasinya, lelaki itu telah mengganti gambar di layar.
“Dan berbicara tentang hyena,” katanya, menunjuk ke gambar yang baru. “Inilah sekelompok hyena yang saat ini mengitari umat manusia … dan mereka mendekat cepat.”
Elizabeth terkejut melihat gambar familiar di hadapannya. Itu adalah grafik yang diterbitkan oleh WHO tahun sebelumnya menggambarkan kunci persoalan lingkungan yang dipertimbangkan oleh WHO yang mempunyai dampak terbesar dalam kesehatan global.
Termasuk dalam daftar, antara lain:
Permintaan air bersih, temperatur permukaan global, penipisan ozon, konsumsi sumber daya laut, kepunahan spesies, konsentrasi CO2, penebangan hutan, dan tingkat laut global.
Semua indikator negatif ini telah meningkat selama abad yang lalu. Meskipun begitu, sekarang mereka semua berakselerasi pada taraf yang mengerikan.




Elizabeth mempunyai reaksi yang sama yang selalu dia punya ketika melihat grafik ini – rasa tak bisa menolong. Dia seorang ilmuwan dan mempercayai pemanfaatan statistika, dan grafik ini melukiskan gambar yang membuat takut tidak untuk masa depan yang jauh … tapi masa depan yang sangat dekat.
Di beberapa waktu dalam hidupnya, Elizabeth Sinskey dihantui oleh ketidakmampuannya untuk mengandung seorang anak. Ketika dia melihat grafik ini, dia hampir sepenuhnya merasa terhibur dia tidak melahirkan anak ke dunia.
Ini masa depan yang akan kuberikan pada anakku?
“Lebih dari lima puluh tahun,” ujar lelaki tinggi itu, “dosa kita terhadap Ibu Pertiwi tumbuh secara eksponensial.” Dia memberi jeda. “Aku takut akan jiwa umat manusia. Ketika WHO menerbitkan grafik ini, politisi dunia, pebisnis hebat, dan ahli lingkungan melangsungkan pertemuan darurat, semua berusaha untuk menilai masalah mana dari sekian banyak yang paling ekstrim dan mana yang dapat kita harapkan untuk dipecahkan. Hasilnya? Secara pribadi, mereka mereka meletakkan kepalanya di tangan dan meratap. Secara publik, mereka meyakinkan kita semua bahwa mereka sedang bekerja dalam pemecahan masalah tapi ini merupakan permasalahan kompleks.”
“Permasalahan ini kompleks!”
“Omong kosong!” bentak lelaki itu. “Kamu tahu dengan baik grafik ini melukiskan hubungan yang paling sederhana – sebuah fungsi yang berdasar pada satu variabel! Tiap garis tunggal pada grafik ini mendaki dalam proporsi langsung ke satu nilai – nilai yang setiap orang takut untuk membahasnya. Populasi global!”
“Sebenarnya, aku pikir itu sedikit lebih – ”
“Sedikit lebih rumit? Sesungguhnya, tidak! Tak ada yang lebih sederhana. Jika kamu ingin lebih tersedia air bersih per kapita, kamu perlu orang yang lebih sedikit di bumi. Jika kamu ingin menurunnkan emisi kendaraan, kamu perlu pengendara yang lebih sedikit. Jika kamu ingin lautan mencukupkan ikan mereka, kamu perlu orang pemakan ikan yang lebih sedikit!”
Lelaki itu menatap marah padanya, nada suaranya bahkan menjadi lebih bertenaga. “Buka matamu! Kita berada di tepian ujung kemanusiaan. Dan pemimpin-pemimpin dunia kita duduk di ruangan luas menunjuk penelaahan tenaga solar, daur ulang, dan automobil hybrid? Bagaimana kamu – seorang wanita berpendidikan tinggi dalam ilmu pengetahuan – tidak melihat? Penipisan ozon, kekurangan air, dan polusi bukanlah penyakitnya – mereka adalah gejalanya. Penyakitnya adalah overpopulasi. Dan kecuali jika kita menghadapi langsung populasi dunia, kita tidak melakukan sesuatu yang lebih dari menempelkan plester pada tumor kanker yang tumbuh dengan cepat.”
“Kamu mempersepsikan umat manusia sebagai kanker?” desak Elizabeth.
“Kanker tidak lebih dari sebuah sel sehat yang mulai mereplikasi di luar kendali. Aku sadar kamu menemukan ideku dengan rasa tidak suka, tapi aku dapat meyakinkanmu bahwa kamu akan menemukan alternatif yang jauh kurang berkenan ketika itu datang. Jika kita tidak mengambil aksi nekad, maka –”
“Nekad?!” gerutunya. “Nekad bukanlah kata yang kamu cari. Coba gila!”
“Dr. Sinskey,” kata lelaki itu, suaranya sekarang tenang menyeramkan. “Aku memanggilmu kesini secara spesifik karena aku berharap kamu – suara bijaksana di Badan Kesehatan Dunia – mungkin mau bekerja bersamaku dan mengeksplorasi solusi yang memungkinkan.”
Elizabeth menatap dalam ketidakpercayaan. “Kamu pikir Badan Kesehatan Dunia akan menjadi rakanmu … mengeksplorasi sebuah ide seperti ini?”
“Sebenarnya, ya,” ucapnya. “Organisasimu terdiri dari para dokter, dan ketika dokter mempunyai pasien dengan gangrene, mereka tidak ragu untuk memotong kakinya untuk menyelamatkan nyawanya. Terkadang satu-satunya metode adalah lebih kecil dari dua kejahatan.”
“Ini cukup berbeda.”
“Tidak. Ini identik. Satu-satunya perbedaan adalah skala.”
Elizabeth telah cukup mendengar. Dia tiba-tiba berdiri. “Aku ada pesawat yang perlu kukejar.”
Lelaki tinggi mengambil langkah yang mengancam ke arahnya, menutup jalan keluarnya. “Peringatan jujur. Dengan atau tanpa kerjasamamu, aku dapat dengan mudah mengeksplorasi ideku ini.”
“Peringatan jujur,” ucapnya menyala-nyala. “Aku mempertimbangkan ini sebuah ancaman teroris dan akan diperlakukan seperti itu.” Dia mengeluarkan teleponnya.
Lelaki itu tertawa. “Kamu hendak melaporkanku karena berbiscara secara hipotetik? Sayangnya, kamu perlu menunggu untuk melakukan panggilan. Ruangan ini berperisai elektrik. Teleponmu tidak akan memmpunyai sinyal.”
Aku tidak perlu sinyal,orang  gila. Elizabeth mengangkat teleponnya, dan sebelum lelaki itu menyadari apa yang terjadi, Elizabeth mengambil jepretan wajahnya. Kilat lampu terpantul di mata hijaunya, dan untuk sejenak dia  pikir lelaki itu terlihat familiar.
“Siapapun kamu,” ucapnya, “kamu melakukan hal yang salah dengan memanggilku ke sini. Saat aku tiba di bandara, aku akan tahu siapa kamu, dan kamu akan berada di watch list WHO, CDC, dan ECDC sebagai seorang bioteroris yang potensial. Kami akan mengirimkan orang padamu siang dan malam. Jika kamu berusaha untuk membeli barang, kami akan mengetahuinya. Jika kamu membangun sebuah lab, kami akan mengetahuinya. Tidak ada tempat bagimu untuk dapat bersembunyi.”
Lelaki itu berdiri tegang dalam diam untuk beberapa saat, seolah-olah dia akan menerjang telepon Elizabeth. Akhirnya, dia mengendur dan melangkah ke samping dengan seringai yang menyeramkan. “Tampaknya tarian kita baru saja dimulai.”