Friday, August 30, 2013

Inferno Bab 8 (terjemahan Indonesia)



BAB 8

MATA LANGDON terbuka, dan dia menghela nafas terkejut. Dia masih duduk di kursi Sienna, kepala di tangannya, jantung berdetak cepat.
Apa gerangan yang sedang terjadi padaku?
Gambaran wanita berambut perak dan topeng paruh menempel di benaknya. Akulah kehidupan. Akulah kematian. Langdon berusaha membuyarkan penglihatannya, tapi itu terasa tersorot permanen di pikirannya. Di atas meja di depannya, dua topeng pada selebaran menatapnya.
Ingatanmu akan kacau dan tak teratur, Sienna telah memberitahunya. Masa lalu, masa sekarang, dan imajinasi semuanya tercampur bersama.
Langdon merasa pening.
Di suatu tempat di apartmen, sebuah telepon bordering. Deringan gaya lama yang memecah, datang dari dapur.
“Sienna?!” Langdon memanggil, berdiri.
Tidak ada respon. Dia belum kembali. Setelah dua kali deringan, sebuah mesin penjawab terangkat.
“Ciao, sono io,” Suara Sienna yang riang terdengar di pesan keluarnya. “Lasciatemi un messaggio e vi richiamero.”
Terdengar suara beep, dan seorang wanita yang panil mulai meninggalkan pesan dalam aksen Eropa Timur  yang kental. Suaranya menggema di seluruh ruangan.
“Sienna, eez Danikova! Kamu mana?! Eez terrible! Temanmu Dr. Marconi, dia meninggal! Rumah sakit menjadi gilaaa! Polisi datang ke sini! Orang-orang memberitahu mereka kamu kabur berusaha untuk menyelamatkan pasien?! Kenapa?! Kamu tidak tahu dia! Sekarang polisi ingin berbicara padamu! Mereka mengambil berkas pegawai! Aku tahu informasi yang salah – alamat yang buruk, tanpa nomor, visa kerja palsu – agar mereka tidal menemukanmu hari ini, tapi mereka temukan segera! Aku berusaha untuk mengingatkanmu. Maaf, Sienna.”
Panggilan berakhir.
Lengdon merasa arus segar penyesalan meliputinya. Dari suara pesan itu, Dr. Marconi telah memberikan izin pada Sienna untuk bekerja di rumah sakit. Sekarang kehadiran Langdon telah dihargai Marconi dengan hidupnya, dan insting Sienna untuk menyelamatkan orang asing telah memberi dampak langsung untuk masa depannya.
Untuk kemudian sebuah pintu tertutup keras di ujung jauh apartemen.
Dia kembali.
Sesaat kemudian, mesin penjawab berbunyi. “Sienna, eez Danikova! Kamu mana?!”
Langdon mengernyit, mengetahui apa yang akan didengar Sienna. Saat pesan dimainkan, Langdon dengan cepat meletakkan selebaran, merapikan meja. Kemudian dia meluncur kembali ke seberang ruangan menuju kamar mandi, merasakan ketidaknyamanan tentang pandangan sekilasnya ke masa lalu Sienna.
Sepuluh detik kemudian, ada sebuah ketukan ringan di pintu kamar mandi.
“Aku akan meninggalkan pakaianmu di pegangan pintu,” Sienna berkata, suaranya geram dengan emosi.
“Terima kasih banyak,” Langdon menjawab.
“Saat kamu selesai, tolong keluar ke dapur,” dia menambahkan. “Ada sesuatu yang penting yang perlu kutunjukkan padamu sebelum kita menghubungi seseorang.”


Sienna berjalan kelelahan menuruni ruangan menuju kamar tidur apartemen yang sederhana. Mengambil sepasang jeans biru dan sweater dari lemari, dia membawanya ke kamar mandinya.
Mengunci matanya dengan pantulan dirinya sendiri di cermin, dia menggapai, menggenggam erat kuncir ekor kuda tebal pirangnya, dan menariknya keras, menjatuhkan wig dari kulit kepala pelontosnya.
Wanita 32 tahun tanpa rambut menatapnya kembali dari cermin.
Sienna telah bertahan dari kekurangan peluang dalam hidupnya, dan meskipun dia telah melatih dirinya sendiri untuk menyandarkan pada intelektualitas untuk mengatasi penderitaan, situasi sulitnya sekarang telah mengguncangnyadalam level emosional yang dalam.
Dia meletakkan wig di sampingnya dan membasuh muka dan tangannya. Setelah dikeringkan, dia mengganti pakaiannya dan memakai wignya kembali, meluruskannya dengan hati-hati. Mengasihani diri sendiri merupakan sebuah rangsangan yang jarang ditolerir oleh Sienna, tapi sekarang, saat air mata menggenang dari kedalaman hati, dia tahu dia tidak mempunya pilihan selain membiarkannya datang.
Dan begitulah yang dia lakukan.
Dia menangis untuk kehidupan yang tidak dapat dia kendalikan.
Dia menangis untuk mentor yang meninggal di depan matanya.
Dia menangis untuk kesendirian mendalam yang mengisi hatinya.
Tapi, dari semuanya, dia menangis untuk masa depan … yang secara tiba-tiba terasa begitu tidak tentu.

2 comments:

  1. Setelah vakum beberapa minggu, akhirnya publish juga lanjutannya...
    Bagi yang hobi baca tapi males buat beranjak ke toko buku bisa disalurkan di sini...
    happy reading all...

    ReplyDelete
  2. Terima kasih terjemahannya mbak..

    ReplyDelete