Wednesday, January 7, 2015

A Diagnosis of Death (Diagnosis Kematian) by Ambrose Bierce



Sedikit rehat dari Inferno, kali ini admin sengaja menambahkan cerpen terjemahan.


Apakah semenarik Inferno? Silakan baca dan nilai sendiri. Selamat membaca!!







A Diagnosis of Death (Diagnosis Kematian)





“Aku tidak begitu percaya takhayul sebagaimana beberapa doktermu – para pria akademisi,”ucap Hawver, menjawab sebuah tuduhan yang bahkan belum dibuat. “Beberapa di antara kalian – hanya sedikit, kuakui – percaya pada keabadian jiwa, dan pada roh yang sejujurnya tidak pantas disebut hantu. Aku berkeyakinan bahwa makhluk hidup terkadang terlihat bukan di mana saat mereka bukan manusia, tapi – di mana mereka telah tinggal begitu lama, mungkin begitu intens, sehingga meninggalkan kesan mereka pada setiap hal tentangnya. Meskipun begitu, aku tahu bahwa lingkungan seseorang mungkin begitu terpengaruh oleh kepribadian mereka, yang lama kelamaan menorehkan gambaran tentang seseorang di mata orang lain. Pastinya kepribadian yang berkesan merupakan kepribadian yang baik begitu juga mata yang mengindera hendaknya mata yang bagus – milikku, misalnya.”


 “Ya, mata yang bagus, membawa sensasi pada otak yang salah,” ujar Dr. Frayley, tersenyum.


“Terima kasih; seseorang suka mendapatkan  ekspektasi yang memuaskan; mengenai jawaban yang kukira dibuat oleh sopan santunmu.”


“Maafkan aku. Tapi kamu bilang bahwa kamu tahu. Lebih baik untuk dikatan, kan? Mungkin kamu tidak mempermasalahkan untuk mengatakan apa yang kamu pelajari.”


“Kamu akan menyebutnya halusinasi,” ucap Hawver, “tapi tidak masalah.” Dan dia menceritakan kisahnya.


“Musim panas lalu aku pergi, seperti yang kamu tahu, melewatkan cuaca panas di Kota Meridian. Kerabat yang rumahnya hendak aku pakai untuk menginap sedang sakit, jadi aku mencari yang lain. Setelah beberapa kesulitan, aku berhasil menyewa sebuah rumah kosong milik seorang dokter eksentrik bernama Mannering, yang pergi beberapa tahun sebelumnya, tak seorangpun tahu kemana, bahkan agennya pun tak tahu. Dia membangun rumah itu sendiri dan tinggal di sana dengan seorang asisten rumah tangga tua selama sekitar 10 tahun. Praktiknya, tidak pernah terlalu ramai, beberapa tahun kemudian dia menyerah. Tidak hanya itu, dia juga menenggelamkan dirinya dari kehidupan sosial dan menjadi penyendiri. Aku diberitahu oleh dokter desa di sana, tentang satu-satunya orang yang berhubungan dengannya, bahwa selama pensiunnya dia mengabdikan dirinya pada sebuah jalur studi, hasilnya diutarakan dalam sebuah buku yang tidak dipuji oleh persetujuan rekan sejawat profesionalnya, yang menurutnya tidak semuanya waras. Aku tidak pernah melihat bukunya dan sekarang tidak dapat mengingat judulnya, tapi aku diberitahu bahwa buku itu menerangkan sebuah teori yang agak menakjubkan. Menurutnya, suatu kemungkinan bagi orang yang sehat untuk meramal kematiannya dengan tepat, beberapa bulan sebelum kejadian. Batasnya, aku pikir, delapan belas bulan. Ada cerita lokal tentangnya sedang mengerjakan kekuatan prognosisnya, atau mungkin kamu akan menyebutnya diagnosis; dan dikatakan bahwa setiap orang temannya dia peringatkan akan mati mendadak pada waktu yang ditentukan, dan tanpa penyebab yang tidak jelas. Kesemuanya ini, tidak ada yang bisa dilakukan dengan apa yang kukatakan; aku pikir itu akan membingungkan seorang dokter.”


“Rumah itu lengkap, sama seperti saat dia tinggal di sana. Rumah yang agak redup bagi seseorang penyendiri ataupun seorang siswa, dan aku rasa memberikan sesuatu karakternya padaku – mungkin beberapa karakter penghuninya yang terdahulu; yang selalu aku rasakan dalam sebuah melankoli tertentu yang bukan pembawaan alamiku, aku pikir dikarenakan kesendirian. Aku tidak memiliki asisten rumah tangga yang tidur di dalam rumah, tapi aku selalu, seperti yang Kamu tahu, agak diminati dalam lingkungan masyarakatku sendiri, menjadi terlalu keranjingan membaca, meskipun sedikit belajar. Apapun sebabnya, efeknya adalah kegundahan dan rasa kejahatan yang mulai mendekat; hal ini juga yang ada dalam studi Dr. Mannering, meskipun ruangan itu yang paling terang dan paling lega dalam rumah tersebut. Lukisan dari cat minyak  menggambarkan dokter seukuran asli tergantung di ruangan itu, dan tampak mendominasinya. Tidak ada yang janggal pada lukisan itu; pria itu pada kenyataannya agak enak dilihat, sekitar lima puluh tahun, dengan rambut kelabu, wajah dengan bekas cukuran yang gelap dan rapi, mata serius. Sesuatu dalam lukisan selalu menarik dan memegang perhatianku. Sosok lelaki itu menjadi familiar bagiku, dan agak “menghantui”-ku.”


“Suatu malam aku melewati ruangan ini menuju kamar tidur, dengan sebuah lampu minyak – tidak ada gas di Meridian. Aku berhenti seperti biasanya di depan lukisan itu, yang terlihat memiliki ekspresi baru dalam cahaya lampu minyak, tidak mudah untuk disebutkan, tapi secara lebih jelasnya gaib. Menarik tapi tidak menggangguku. Aku menggerakkan lampu dari satu sisi ke sisi yang lain dan mengamati efek dari cahaya yang berubah. Sementara itu aku merasakan suatu dorongan untuk berbalik. Saat aku melakukannya aku melihat seorang lelaki bergerak menyeberang ruangan langsung menuju padaku! Saat dia cukup dekat untuk cahaya lampu menerangi wajahnya, aku melihat bahwa dia adalah Dr. Mannering; seolah-olah lukisan itu berjalan!”


“‘Maaf,’ ucapku dingin, ‘tapi jika Anda mengetuk pintu, saya tidak mendengarnya.’”


“Dia melewatiku, sejangkauan lengan, mengangkat telunjuk kanannya, seperti memperingatkan, dan tanpa sepatah katapun keluar dari ruangan, meskipun aku memperhatikan keluarnya tak lebih dari saat aku memperhatikan dia masuk.”


“Tentu saja, aku tidak perlu memberitahumu bahwa inilah yang akan Kamu sebut halusinasi dan aku menyebutnya roh siluman. Ruangan itu hanya memiliki dua pintu, yang salah satunya terkunci; sementara yang satunya menuju kamar tidur, yang mana dari sana tidak ada pintu keluar. Perasaanku untuk mempercayainya bukanlah bagian yang penting dari kejadian ini.”


“Pastinya bagimu hal ini seperti “cerita hantu” yang sangat umum – yang dibentuk seseorang pada jalur reguler oleh master seni yang sudah tua. Jika seperti itu aku tidak seharusnya mengaitkannya, sekalipun jika itu benar. Lelaki itu tidak mati; aku bertemu dengannya hari ini di Union Street. Dia melaluiku di keramaian.”


Hawver mengakhiri ceritanya dan kedua lelaki itu diam. Dr. Frayley mengetukkan jarinya ke meja.


“Apakah dia mengatakan sesuatu hari ini?” tanyanya, “sesuatu yang membuatmu menyimpulkan bahwa dia tidak mati?”


Hawver menatap dan tidak menjawab.


“Mungkin,” lanjut Frayley, “Dia membuat tanda, sebuah gerakan –mengangkat jari, seperti memperingatkan. Itu merupakan trik yang dia miliki – kebiasaan ketika mengatakan sesuatu yang serius – mengumumkan hasil diagnosis, misalnya.”


“Ya, tentunya – sebagaimana dilakukan rohnya. Tapi, bagus Tuhan! Apakah kamu pernah mengenalnya?”


Hawver kentara sekali menjadi gugup.


“Aku mengenalnya. Aku telah membaca bukunya, begitu juga setiap dokter belakangan ini. Itu merupakan salah satu kontribusi yang paling mengena dan paling penting bagi ilmu kedokteran abad ini. Ya, aku mengenalnya; aku mendatanginya saat dia sakit tiga tahun yang lalu. Dia meninggal.”


Hawver melompat dari kursinya, jelas sekali terganggu. Dia mondar-mandir dalam ruangan; kemudian mendekati temannya, dan dengan suara yang sama sekali tak mantap, berkata “Dokter, adakah yang perlu kamu sampaikan padaku – sebagai seorang dokter?”


“Tidak, Hawver; kamu orang yang paling sehat yang pernah saya tahu. Sebagai seorang teman aku menyarankan padamu untuk kembali ke kamarmu. Mainkan biola seperti seorang malaikat. Mainkan; mainkan sesuatu yang ringan dan hidup. Usir masalah buruk terkutuk ini dari pikiranmu.” 
Keesokan harinya Hawver ditemukan tewas di kamarnya, biola di lehernya, penggeseknya di atas senarnya, partitur terbuka di depannya berjudul Chopin’s Funeral March (Mars Pemakaman Chopin, -penj.)

2 comments:

  1. yg ini jg masih bersambung lg yaw kaks..? :)

    ReplyDelete
  2. udah tamat sayang...namanya aja short story alias cerpen...

    kalo bersambung jadi cerbung donk,hehehehe

    ReplyDelete